Thursday, June 4, 2015

Indonesia Negara Orang Kaya



Indonesia disebut-sebut sebagai negara kaya, sebuah bangsa yang memiliki tanah dan air luar biasa. Hasil buminya saja, bisa menghidupi pemerintahan kaya yang selama ini merajalela.

Namun, percayakah Anda jika Indonesia disebut negara kaya? Maksud saya, negara yang hanya berpihak pada orang kaya? Anda harus percaya!

Saya berikan sebuah contoh. Baru-baru ini, saya membaca berita keuangan di beberapa media. Media-media tersebut mengabarkan sebuah rencana pemerintah untuk menghapus beberapa item yang selama ini masuk daftar barang mewah kena pajak. Pajak yang dimaksud adalah Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Regulasi terkait pajak tersebut selama ini tertuang pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 130/PMK.011/2013.
Di wacana baru yang tengah digagas para punggawa bangsa, ada paling tidak tiga jenis barang yang akan dihapus dari daftar tersebut. Antara lain, furnitur, televisi (TV) dan aksesoris seperti tas perempuan.

Tuesday, May 19, 2015

Lucu



Terkadang, kita, masyarakat percaya bahwa orang yang menduduki tampuk-tampuk kepemimpinan merupakan orang-orang pintar. Bahkan, tak jarang, kita menganggap mereka sebagai putra atau putri terbaik bangsa. 

Anggapan ini agaknya tidak  bisa dikatakan benar saat kita melihat kabar yang mencuat dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah baru-baru ini. Yakni, kabar terkait banyaknya bangunan mangkrak. Yang membuat miris, bangunan ini bukanlah bangunan warisan kolonial yang dibangun dengan uang belanda. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan baru yang didanai duit rakyat, baik lewat APBD maupun lewat APBN.

Satu bangunan yang mangkrak adalah instalasi pengolahan air bersih milik PDAM yang didanai lewat APBN senilai kurang lebih Rp 3,7 miliar. Setelah menghabiskan anggaran yang cukup besar pada tahun 2009 lalu, sampai sekarang bangunan ini belum beroperasi. Bangunan ini belum sedikitpun memberi manfaat bagi masyarakat kecamatan sekitar yang mengharapkan suplai air bersih tersebut.

Meski miris, peristiwa ini memiliki sebuah sisi yang sangat lucu. Mungkin sedikit menyedihkan, tapi cukup lucu.

Monday, May 18, 2015

Sekedar Membandingkan



Belakangan ini, ada  dua perkara hukum yang cukup menyita perhatian publik Banyumas. Pertama, kasus gratifikasi yang berakibat pada dicokoknya Kepala Satpol PP Kabupaten Banyumas dan tiga orang lainnya. Perkara kedua merupakan tindak pidana yang melibatkan seorang mahasiswa Fisip Unsoed. Mahasiswa ini kedapatan menanam pohon ganja di sebuah instalasi ‘plant factory’ mini di kamarnya.

Keduanya kini tengah menjalani masa persidangan. Dari kabar terakhir yang dilansir beberapa media di Banyumas, perkara yang melibatkan si mahasiswa berakhir pada ancaman tuntutan minimal 16 tahun penjara. Tuntutan ini muncul lantaran ia berpotensi terjerat  pasal 111 ayat 1 dan 2, serta pasal 127 ayat Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkoba.

Berbeda jauh dari kasus pertama, perkara yang mendera ibu Kasatpol PP berakhir hanya pada tuntutan 1 tahun penjara. Tuntutan satu tahun ini pun membuat kuasa hukum si perusak aturan dan perantara suap tersebut merasa keberatan.

Sunday, May 17, 2015

Dua Tahun

Dua tahun sudah pasangan  Ir Achmad Husein dan dr Budhi Setiawan menahkodai perahu besar bernama Banyumas. Mereka dilantik tahun 2013 setelah mengkandaskan langkah lima pasangan calon bupati dan wakil bupati lainnya.

Dominasi pasangan ini di masa pemilihan cukup luar biasa. Terbukti, mereka memenangi ajang pemilihan dengan satu putaran saja. Berbeda dengan prediksi banyak pihak yang menilai Pemilukada lalu akan berlangsung dua putaran.

Harapan publik saat itu cukup besar, slogan Lempeng tur Mempeng pun sempat dielu-elukan sebagai sebuah jargon yang mampu membuat Banyumas lebih baik. Namun, pola pemerintahan keduanya tidak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah.

Thursday, January 22, 2015

Ngaji

Ngaji, kegiatan satu ini mungkin masih memegang rekor sebagai kegiatan paling jarang saya lakukan. Tapi, bukan saya tidak pernah mendekati agama. Kadang, saya mengunjungi beberapa orang kiyai. Tujuan saya, diskusi.

Saya selalu berpikir, ngaji itu tidak terlalu berguna. Transfer pengetahuannya terbatas, tergantung tema yang dibawa si kiyai. Saya juga nggak bisa ngeyel kalau ada pernyataan yang saya kurang setujui, nggak enak sama forum. Jadi, saya lebih senang mendatangi kiyai tertentu untuk sekadar berbincang.
Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang dengan seorang kiyai yang sedikit moderat. Dia satu dari segelintir kiyai kenalan saya yang memiliki gelar Doktor. 

Friday, January 16, 2015

Latihan Ngeblog #1


Buat beberapa orang, Jurnalisme dan blogging mungkin dianggap dua hal yang berdekatan. Secara, jurnalisme dan blogging basisnya sama, nulis. Tapi, buat saya, dua hal ini beda banget. Nulis berita dan nulis buat blog itu.. di otak saya jauh berbeda.
Istri saya, Pungky Prayitno itu blogger nomer satu di dunia (versi saya), bolak balik banget dia nyuruh saya aktif ngeblog. Dan pertanyaan saya... “Nulis apaan, nulisnya gimana?”. Pertanyaan ini kaya respon defensif yang selalu nongol setiap kali Pungky nyuruh saya ngeblog. Kenapa? Karena saya ngerasa gak bisa banget nulis buat blog.
Keseringan dibentak-bentak dan disuruh ngeblog, saya mulai merhatiin Pungky. Mulai dari caranya nulis, caranya dapet ide, sampe caranya posting dan bikin ilustrasi. Diam-diam, saya mulai nganggep si Pungky itu guru. Tapi, bukannya terinspirasi, saya malah lebih merasa terintimidasi.

Prolog








Pic: Pinterest


Saya, Topan Pramukti

Awalnya, saya menganggap hanya cahaya yang bisa mengungkap cerita dan kata lewat sebuah bingkai. Saat itu, kata, sang pelengkap, saya anggap sebagai sebuah penyesat fakta. Kenapa? Karena kata tak punya muka dan mata. Saya bercita untuk hidup dari cahaya, cahaya yang saya rekam dalam emulsi lalu dituangkan dalam karya.

Beberapa waktu lalu, setelah bertahun-tahun menikmati dunia cahaya, saya mulai mengenal dunia kata. Dunia yang sebelumnya sama sekali tak menarik minat saya. Namun, lama kelamaan, saya mulai mencinta si penyesat fakta, kata.