Thursday, January 22, 2015

Ngaji

Ngaji, kegiatan satu ini mungkin masih memegang rekor sebagai kegiatan paling jarang saya lakukan. Tapi, bukan saya tidak pernah mendekati agama. Kadang, saya mengunjungi beberapa orang kiyai. Tujuan saya, diskusi.

Saya selalu berpikir, ngaji itu tidak terlalu berguna. Transfer pengetahuannya terbatas, tergantung tema yang dibawa si kiyai. Saya juga nggak bisa ngeyel kalau ada pernyataan yang saya kurang setujui, nggak enak sama forum. Jadi, saya lebih senang mendatangi kiyai tertentu untuk sekadar berbincang.
Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang dengan seorang kiyai yang sedikit moderat. Dia satu dari segelintir kiyai kenalan saya yang memiliki gelar Doktor. 

Friday, January 16, 2015

Latihan Ngeblog #1


Buat beberapa orang, Jurnalisme dan blogging mungkin dianggap dua hal yang berdekatan. Secara, jurnalisme dan blogging basisnya sama, nulis. Tapi, buat saya, dua hal ini beda banget. Nulis berita dan nulis buat blog itu.. di otak saya jauh berbeda.
Istri saya, Pungky Prayitno itu blogger nomer satu di dunia (versi saya), bolak balik banget dia nyuruh saya aktif ngeblog. Dan pertanyaan saya... “Nulis apaan, nulisnya gimana?”. Pertanyaan ini kaya respon defensif yang selalu nongol setiap kali Pungky nyuruh saya ngeblog. Kenapa? Karena saya ngerasa gak bisa banget nulis buat blog.
Keseringan dibentak-bentak dan disuruh ngeblog, saya mulai merhatiin Pungky. Mulai dari caranya nulis, caranya dapet ide, sampe caranya posting dan bikin ilustrasi. Diam-diam, saya mulai nganggep si Pungky itu guru. Tapi, bukannya terinspirasi, saya malah lebih merasa terintimidasi.

Prolog








Pic: Pinterest


Saya, Topan Pramukti

Awalnya, saya menganggap hanya cahaya yang bisa mengungkap cerita dan kata lewat sebuah bingkai. Saat itu, kata, sang pelengkap, saya anggap sebagai sebuah penyesat fakta. Kenapa? Karena kata tak punya muka dan mata. Saya bercita untuk hidup dari cahaya, cahaya yang saya rekam dalam emulsi lalu dituangkan dalam karya.

Beberapa waktu lalu, setelah bertahun-tahun menikmati dunia cahaya, saya mulai mengenal dunia kata. Dunia yang sebelumnya sama sekali tak menarik minat saya. Namun, lama kelamaan, saya mulai mencinta si penyesat fakta, kata.